Senin, 15 Juni 2015

Siti Maharani (Demon Crazy)


Hasil gambar untuk DEMOKRASI
Demon Crazy alias demokrasi ini merupakan sebuah potongan contoh bentuk demokrasi Indonesia yang masih belajar dan penuh dengan ketidak jujuran. “Demon” yang berarti setan dan “crazy” yang berarti gila menggambarkan bahwa demokrasi yang dipandang sebagai suatu bentuk politik modern juga berisi orang-orang tak bertanggung jawab yang dipenuhi hawa nafsu dan gila dunia sehingga bertindak seolah utusan setan yang sesat dengan beribu pencitraan yang dibuat olehnya.
Ratu Suryani (Ameilia Nurdyati Dewi) seorang politikus rakus akan harta dan tahta mencalonkan diri menjadi Bupati Kabupaten Tangerang. Jika seharusnya menjadi pejabat adalah suatu amanah yang harus dipertanggung jawabkan demi kepentingan rakyat, bagi Ratu menjadi bupati adalah jalan menuju kekayaan dan popularitas. Ratu sangat ambisius hingga semua jalan pun akan ditempuhnya demi tercapai ambisinya. Anaknya, Ajeng (Dian Zidni O) yang mempunyai watak tak jauh dari sang bunda sangat manja dan tak ingin merasa sedikitpun kekurangan. Kehidupannya yang serba ada dan mewah, membuatnya lupa bahwa dunia ini berputar, dan tak selamanya berada di atas.
Siti Maharani (Mutia Syahidah) seorang pengacara muda lulusan law faculty Harvard University dipercaya oleh Ratu untuk menjadi penasehat hukum sekaligus tangan kanannya di dunia politik. Suatu hari, ia menyuruh Siti untuk datang ke rumahnya dengan maksud meminta bantuan serta strategi politik untuk menghadapi pilkada yang akan segera dilangsungkan beberapa bulan lagi. Siti, yang sedari dulu dekat dengan Ratu sebenarnya kurang suka terhadap wataknya yang tamak dan seringkali berbuat seenaknya. Hanya saja, ia merasa segan karena dahulu Ratu lah yang membantu membiayainya hingga ia lulus kuliah.
Sesuai dengan dugaannya, ternyata benar bahwa Ratu meminta bantuan bagaimana caranya agar ia terpilih menjadi bupati pada saat pilkada nanti. Namun, yang tak disangka, di saat itu juga Ratu memberinya hadiah sebuah mobil yang langsung diberikan begitu saja kepada Siti. Dalam benak Siti, jelas saja bagaimanapun juga ia harus mengusahakan dengan keras agar usahanya berhasil memuaskan keinginan Ratu. Namun, itu pun berarti bahwa Siti harus melakukan segala cara agar usahanya berhasil, meski dalam hati kecilnya ia tahu ini salah, dan jika diteruskan itu pun berarti ia telah menghianati janjinya terhadap Tuhan, orang tua, Negara, bahkan pada profesinya sendiri.
Karena hatinya yang selalu dihantui rasa bersalah, Siti akhirnya menemui kedua sahabatnya dan berniat untuk meminta pendapat apa yang harus dilakukannya. Radjiman (Markaz Sanubari) dan Mulyadi (M Fauzan Akbar) yang memiliki watak berbeda pun memberi masukan berbeda untuk Siti. Radjiman yang polos namun jujur meminta agar Siti tidak meneruskan niatnya semula dalam membantu Ratu, karena itu jelas melanggar hukum, gelar yang bahkan disandang oleh Siti sendiri. Itu pun bagian dari KKN dengan bukti mobil mewah di tangan Siti yang bisa berakibat buruk untuknya jika saja semua kecurangan Ratu terbongkar. Radjiman menuturkan, bahwa Indonesia dengan kondisi politik yang memprihatinkan  selalu mengartikan demokrasi sebagai kebebasan rakyat, namun tidak pada kenyataannya, dan sebagai generasi muda berwawasan tinggi haruslah berusaha mengubahnya dengan memulai pada diri sendiri dengan menjauhi hal-hal yang bisa menodai makna hakiki demokrasi tersebut. Namun, Mulyadi yang dikenal cerdas justru menyeru Siti agar ia meneruskan niat awalnya karena itu sangat menguntungkan. Selain itu, menurut Mulyadi, kecurangan-kecurangan yang kerap dilakukan oleh para pejabat sudahlah dianggap lazim di Indonesia, sehingga sudah menjadi rahasia umum yang tidak lagi dianggap sebagai suatu kesalahan. Siti bimbang, namun ia mencerna setiap perkataan sahabatnya dan berusaha mensinkronkan dengan hati kecilnya. Di akhir perbincangan, akhirnya Radjiman menyarankan agar Siti melaporkan ratu ke pihak KPK untuk segera ditindak lanjuti. Hal ini bukan hanya untuk Siti seorang, melainkan demi menyelamatkan Tangerang tercinta, Indonesia, bahkan untuk diri Ratu dan keluarganya sendiri pada akhirnya.
Tak berapa lama setelah perbincangan Siti dengan kedua sahabatnya, akhirnya ia menemui tantenya, Cahya Ningsih (Umul Khotimah) yang juga seorang petugas KPK karena ia telah jenuh dan lelah berada dalam kegelisahan dan ketidak tenangan hidup. Siti pun segera menyerahkan barang bukti berupa hadiah mobil yang diberikan Ratu serta berkas-berkas lain yang bisa dijadikan barang bukti kepada rekan tantenya, Nasrun (Lukman Arif). Dalam hatinya, ia meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada Ratu namun ia tahu bahwa ini adalah hal benar, dan yang terbaik untuk membalas jasa-jasa Ratu, karena jika Siti menuruti kemauan Ratu, itu akan tambah menyesatkannya suatu hari nanti, bahkan di akhirat kelak.
Seminggu setelah ia melapor ke pihak KPK, semua berkas yang telah ia berikan pun telah diurus dan menjadi bukti yang kuat untuk menangkap Ratu. Akhirnya, setelah melakukan rencana yang matang, petugas KPK (Lukman Arif dan Umul Khotimah) menangkap Ratu yang sedang bersama dengan anaknya. Ajeng sang anak merasa sangat terpukul dengan tertangkapnya sang bunda. Namun, mirisnya yang lebih ia takutkan bukanlah kehilangan sang bunda ataupun merasa bersalah akan tetapi yang lebih ia takutkan adalah semua harta sang bunda akan disita dan ia tak akan memiliki apa-apa lagi untuk dibanggakan dihadapan teman-temannya.
Dengan tertangkapnya Ratu, Siti merasa bersyukur karena telah menyelamatkan dirinya sendiri dari ketidak jujuran. Selain itu, ia merasa lega karena setidaknya ia telah menggagalkan satu bentuk KKN dengan melawan hawa nafsunya sendiri sebagai salah satu bentuk pengabdian terhadap Negara dan profesi yang disandangnya.
Sekian cerita yang dapat kami sampaikan, sekiranya semoga memberi pelajaran betapa susah namun berharganya menjaga komitmen, janji, dan tanggung jawab baik dalam hal profesi, kepentingan oang banyak, bahkan tanggung jawab dalam keluarga seperti dalam mendidik anak seperti yang digambarkan dalam cerita di atas. Untuk lebih jelasnya, klik link ini  https://youtu.be/FOOaG-5FCBY
Demokrasi, sekalipun kita belum memahami betul bagaimana pengaplikasian yang sebenarnya, setidaknya kita bisa melakukan satu hal baik namun berdampak besar dalam menjaga kesuciannya. Doa kami selalu untuk Indonesia tercinta, semoga menjadi Negara yang terus berusaha bangkit dari keterpurukan meski akibat ulah penguasa dan rakyatnya sendiri. Amin.
Hasil gambar untuk DEMOKRASIHasil gambar untuk DEMOKRASI https://youtu.be/FOOaG-5FCBY