Demon Crazy alias
demokrasi ini merupakan sebuah potongan contoh bentuk demokrasi Indonesia yang
masih belajar dan penuh dengan ketidak jujuran. “Demon” yang berarti setan dan
“crazy” yang berarti gila menggambarkan bahwa demokrasi yang dipandang sebagai
suatu bentuk politik modern juga berisi orang-orang tak bertanggung jawab yang
dipenuhi hawa nafsu dan gila dunia sehingga bertindak seolah utusan setan yang
sesat dengan beribu pencitraan yang dibuat olehnya.
Ratu
Suryani (Ameilia Nurdyati Dewi) seorang politikus rakus akan harta dan tahta
mencalonkan diri menjadi Bupati Kabupaten Tangerang. Jika seharusnya menjadi
pejabat adalah suatu amanah yang harus dipertanggung jawabkan demi kepentingan
rakyat, bagi Ratu menjadi bupati adalah jalan menuju kekayaan dan popularitas.
Ratu sangat ambisius hingga semua jalan pun akan ditempuhnya demi tercapai
ambisinya. Anaknya, Ajeng (Dian Zidni O) yang mempunyai watak tak jauh dari
sang bunda sangat manja dan tak ingin merasa sedikitpun kekurangan.
Kehidupannya yang serba ada dan mewah, membuatnya lupa bahwa dunia ini
berputar, dan tak selamanya berada di atas.
Siti
Maharani (Mutia Syahidah) seorang pengacara muda lulusan law faculty Harvard
University dipercaya oleh Ratu untuk menjadi penasehat hukum sekaligus tangan
kanannya di dunia politik. Suatu hari, ia menyuruh Siti untuk datang ke
rumahnya dengan maksud meminta bantuan serta strategi politik untuk menghadapi
pilkada yang akan segera dilangsungkan beberapa bulan lagi. Siti, yang sedari
dulu dekat dengan Ratu sebenarnya kurang suka terhadap wataknya yang tamak dan
seringkali berbuat seenaknya. Hanya saja, ia merasa segan karena dahulu Ratu
lah yang membantu membiayainya hingga ia lulus kuliah.
Sesuai
dengan dugaannya, ternyata benar bahwa Ratu meminta bantuan bagaimana caranya
agar ia terpilih menjadi bupati pada saat pilkada nanti. Namun, yang tak
disangka, di saat itu juga Ratu memberinya hadiah sebuah mobil yang langsung
diberikan begitu saja kepada Siti. Dalam benak Siti, jelas saja bagaimanapun
juga ia harus mengusahakan dengan keras agar usahanya berhasil memuaskan
keinginan Ratu. Namun, itu pun berarti bahwa Siti harus melakukan segala cara agar
usahanya berhasil, meski dalam hati kecilnya ia tahu ini salah, dan jika
diteruskan itu pun berarti ia telah menghianati janjinya terhadap Tuhan, orang
tua, Negara, bahkan pada profesinya sendiri.
Karena
hatinya yang selalu dihantui rasa bersalah, Siti akhirnya menemui kedua sahabatnya
dan berniat untuk meminta pendapat apa yang harus dilakukannya. Radjiman
(Markaz Sanubari) dan Mulyadi (M Fauzan Akbar) yang memiliki watak berbeda pun
memberi masukan berbeda untuk Siti. Radjiman yang polos namun jujur meminta
agar Siti tidak meneruskan niatnya semula dalam membantu Ratu, karena itu jelas
melanggar hukum, gelar yang bahkan disandang oleh Siti sendiri. Itu pun bagian
dari KKN dengan bukti mobil mewah di tangan Siti yang bisa berakibat buruk untuknya
jika saja semua kecurangan Ratu terbongkar. Radjiman menuturkan, bahwa
Indonesia dengan kondisi politik yang memprihatinkan selalu mengartikan demokrasi sebagai kebebasan
rakyat, namun tidak pada kenyataannya, dan sebagai generasi muda berwawasan
tinggi haruslah berusaha mengubahnya dengan memulai pada diri sendiri dengan
menjauhi hal-hal yang bisa menodai makna hakiki demokrasi tersebut. Namun,
Mulyadi yang dikenal cerdas justru menyeru Siti agar ia meneruskan niat awalnya
karena itu sangat menguntungkan. Selain itu, menurut Mulyadi,
kecurangan-kecurangan yang kerap dilakukan oleh para pejabat sudahlah dianggap
lazim di Indonesia, sehingga sudah menjadi rahasia umum yang tidak lagi
dianggap sebagai suatu kesalahan. Siti bimbang, namun ia mencerna setiap
perkataan sahabatnya dan berusaha mensinkronkan dengan hati kecilnya. Di akhir
perbincangan, akhirnya Radjiman menyarankan agar Siti melaporkan ratu ke pihak
KPK untuk segera ditindak lanjuti. Hal ini bukan hanya untuk Siti seorang,
melainkan demi menyelamatkan Tangerang tercinta, Indonesia, bahkan untuk diri
Ratu dan keluarganya sendiri pada akhirnya.
Tak
berapa lama setelah perbincangan Siti dengan kedua sahabatnya, akhirnya ia
menemui tantenya, Cahya Ningsih (Umul Khotimah) yang juga seorang petugas KPK
karena ia telah jenuh dan lelah berada dalam kegelisahan dan ketidak tenangan
hidup. Siti pun segera menyerahkan barang bukti berupa hadiah mobil yang
diberikan Ratu serta berkas-berkas lain yang bisa dijadikan barang bukti kepada
rekan tantenya, Nasrun (Lukman Arif). Dalam hatinya, ia meminta maaf yang
sebesar-besarnya kepada Ratu namun ia tahu bahwa ini adalah hal benar, dan yang
terbaik untuk membalas jasa-jasa Ratu, karena jika Siti menuruti kemauan Ratu, itu
akan tambah menyesatkannya suatu hari nanti, bahkan di akhirat kelak.
Seminggu
setelah ia melapor ke pihak KPK, semua berkas yang telah ia berikan pun telah
diurus dan menjadi bukti yang kuat untuk menangkap Ratu. Akhirnya, setelah
melakukan rencana yang matang, petugas KPK (Lukman Arif dan Umul Khotimah)
menangkap Ratu yang sedang bersama dengan anaknya. Ajeng sang anak merasa
sangat terpukul dengan tertangkapnya sang bunda. Namun, mirisnya yang lebih ia
takutkan bukanlah kehilangan sang bunda ataupun merasa bersalah akan tetapi
yang lebih ia takutkan adalah semua harta sang bunda akan disita dan ia tak
akan memiliki apa-apa lagi untuk dibanggakan dihadapan teman-temannya.
Dengan
tertangkapnya Ratu, Siti merasa bersyukur karena telah menyelamatkan dirinya
sendiri dari ketidak jujuran. Selain itu, ia merasa lega karena setidaknya ia
telah menggagalkan satu bentuk KKN dengan melawan hawa nafsunya sendiri sebagai
salah satu bentuk pengabdian terhadap Negara dan profesi yang disandangnya.
Sekian
cerita yang dapat kami sampaikan, sekiranya semoga memberi pelajaran betapa
susah namun berharganya menjaga komitmen, janji, dan tanggung jawab baik dalam
hal profesi, kepentingan oang banyak, bahkan tanggung jawab dalam keluarga
seperti dalam mendidik anak seperti yang digambarkan dalam cerita di atas. Untuk lebih jelasnya, klik link ini https://youtu.be/FOOaG-5FCBY
Demokrasi,
sekalipun kita belum memahami betul bagaimana pengaplikasian yang sebenarnya,
setidaknya kita bisa melakukan satu hal baik namun berdampak besar dalam
menjaga kesuciannya. Doa kami selalu untuk Indonesia tercinta, semoga menjadi Negara
yang terus berusaha bangkit dari keterpurukan meski akibat ulah penguasa dan
rakyatnya sendiri. Amin.