Senin, 24 April 2017

Pertumbuhan penduduk dan kelaparan



Perrumbuhan penduduk membuat kebutuhan kependudukan pun semakin meningkat, terutama kebutuhan primer masing-masing penduduk itu sendiri, tak terkecuali kebutuhan pangan sebagai sumber kekuatan dan kebutuhan manusia. Kebutuhan pangan ini akan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pangan yang mampu disediakan oleh keluarga itu sendiri. Sebuah keluarga dengan anggota yang banyak misalnya, harus menyediakan makanan paling tidak sesuai dengan jumlah anggota keluarganya. Apabila tidak terpenuhi, maka akan ada ketidak sesuaian antara kebutuhan tubuh dengan jumlah yang dipenuhinya, sehingga tubuh pun akan mengeluarkan reaksinya, diantaranya adalah kelaparan.
Krisis ekonomi, sampai krisis pangan secara nasional menjadi factor terjadinya kelaparan. Keluarga dengan anggota banyak namun berpendapatan rendah, agaknya akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka sehari-hari. Begitupun dengan jumlah pangan yang tersedia secara nasional. Jika tidak sesuai dengan jumlah penduduk yang trtus meningkat, mka akan terjadi ketimpangan antara kebutuhan dengan persediaan yang ada. 
Sebagian besar kasus kekurangan gizi terjadi di negara berkembang. Satu milyar orang di seluruh dunia mengalami kelaparan, naik sekitar 100 juta karena krisis keuangan dunia, demikian menurut PBB. Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mengatakan angka itu merupakan data tertinggi selama ini. Naiknya harga bahan pangan juga menyebabkan krisis kelaparan. Direktur jendral FAO mengatakan tingginya angka kelaparan, seperenam dari penduduk dunia, merupakan "resiko serius" bagi perdamaian dan keamanan dunia. PBB mengatakan hampir semua kasus kekurangan gizi terjadi di negara berkembang, dan sebagian besar, sekitar 642 juta jiwa, tinggal dikawasan Asia-Pasifik. Di kawasan Sahara Afrika,data kekurangan gizi mencapai 265 juta. Di Negara maju, angka kekurangan gizi mencapai 15 juta”.
Kasus kelaparan ini membawa dampak keberlanjutan yaitu munculnya penyakit seperti kurang gizi dan sebagainya. Negara-negara berkembang dengan kasus gizi buruk tinggi agaknya harus secara serius memirkan solusi dari permasalahan kelaparan ini. Meningkatkan pendapatan seluruh lapisan masyarakatnya seperti menambah lapangan pekerjaan, melakukan pelatihan-pelatihan gratis, ataupun memberti bantuan pangan langsung dapat diupayakan lebih serius agar masalah kelaparan ini dapat ditanggulangi. Berbagai program yang dicanangkan pun agaknya tidak hanya di awal saja, namun terus berkelanjutan sampai masyarakat golongan rendah bias benar-benar mandiri mencukupi kebutuhan primernya.
 

Pertumbuhan Penduduk dan Pendidikan



Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 1995 ke tahun 2000 adalah perubahan jumlah penduduk Indonesia dari tahun 1995 sampai 2000. Tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia sekitar 1,98 % per tahun. Di Indonesia, pertumbuhan penduduk yamg tinggi dapat menimbulkan berbagai masalah kehidupan sosial, antara lain kurangnya lapangan kerja sehingga menyebabkan banyaknya pengangguran. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan tidak seimbangnya kebutuhan dengan fasilitas dan jaminan-jaminan lain yang tersedia. Saat ini penduduk Indonesia berjumlah 220 juta jiwa.dalam urutan besarnya jumlah pendudu,Indonesia menduduki urutan ke-4 setelah China, India dan AS. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menimbulkan banyak masalah. Masalah penduduk atau population problem, merupakan masalah kompleks dan pemecahannya tidak dapat dilakukan dengan cara satu segi dan secara sesaat dengan cepat.
Pertambahan penduduk yang cepat, lepas daripada pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan, cenderung untuk menghambat perkembangan pendidikan. Kekurangan fasilitas pendidikan menghambat program persamaan/perimbangan antara laki-laki dan wanita, pedesaan dan kota, dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin.
Pengaruh daripada dinamika penduduk terhadap pendidikan juga dirasakan pada keluarga. Penelitian yang dilakukan pada beberapa negara dengan latar belakang budaya yang berlainan menunjukkan bahwa jika digabungkan dengan kemiskinan, keluarga dengan jumlah anak banyak dan jarak kehamilan yang dekat, menghambat perkembangan berfikir anak-anak, berbicara dan kemauannya, di samping kesehatan dan perkembangan fisiknya. Kesulitan orang tua dalam membiayai anak-anak yang banyak, lebih mempersulit masalah ini.
Mengingat negara Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, sehingga untuk melaksanakan pembangunan dalam segala bidang belum dapat berjalan dengan cepat, karena kekurangan modal maupun tenaga tenaga ahli/ terdidik. Akibatnya fasilitas secara kualitatif dalam bidang pendidikan masih terbatas. Oleh karena itu, masyarakat dalam mencapai pendidikan yang tinggi masih sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena :
1.      kurangnya fasilitas pendidikan dalam segala tingkatan di seluruh daerah
2.      pendapatan per kapita penduduk yang masih rendah sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan hidup primer, dan untuk biaya sekolah.
Hal lain yang menghambat program persamaan/perimbangan peendidikan itu sendiri adalah pihak sekolah yang lebih mengutamakan kepentingannya sendiri dengan lebih mengutamakan golongan “si kaya” daripada “si miskin”. Hal ini jelas membuat ketimpangan dalam pendidikan dimana yang berlatar belakang keluarga miskin akan semakin terbelakang dengan tingkat pendidikannya yang rendah. Oleh karena itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi haruslah dibarengi dengan perkembangan sarana dan prasarana pendidikan yang pesat pula, dan tepat sasaran dimana merata untuk semua golongan. Pemerintah dalam hal ini sangat berperan karena sekolah-sekolah negeri bias menjadi satu-satunya alternative harapan bagi mereka “si miskin” untuk mengenyam pendidikan yang layak.